Banyak
sekali hal yang luar biasa dari sisi kehidupan Muhammad. Penemuan nama
Muhammad dalam literatur agama-agaama besar dunia, misalnya. Para
sarjana muslim, menemukan bahwa Muhammad terdapat dalam literatur agama
ardi maupun samawi, seperti Parsi (Zoroastrian), Hindu, Budha, Injil
(Kristen) dan Taurat (Yahudi). Dalam literatur-literatur tersebut
diketahui bahwa kedatangan Muhammad telah dikabarkan jauh sebelum
kelahirannya.
Dalam
berbagai literatur agama Yahudi dan Kristen, terdapat banyak referensi
yang merujuk kepada Muhammad baik dalam Perjanjian Lama (the Old
Testament) maupun Perjanjian Baru (the New Testament), seperti
Deuteronomy 18:18, Genesis 21:13, 18, Isaiah 42:1-13, dan John 16:7-14,
14:16 (lihat Abdul Ahad Dawud (tadinya seorang Tokoh Terkemuka Kristen,
David Benjamin), Muhammad in the Bible). Dan yang juga tak
kalah menarik, sebagaimana menurut A. H. Vidyarthi dan U. Ali dari India
dalam bukunya yang berjudul Muhammad in Parsi, Hindu and Budha mencatat
bahwa dalam literatur Hindu, Nabi dikabarkan sebagai “Mahamad” di dalam
Bhavisya Puran, Prati Sarg Parv III:3,3,5-8 dan sebagai “ Narashansaha”
dalam Atharva Veda, Bagian 20, Kuntap Sukt yang berarti ‘the praised
one (yang terpuji)’ dalam bahasa Inggris, ekuivalen artinya dengan
“Muhammad” dalam bahasa Arab. Dalam literatur Budha, tersebut kata
“Maitreya” atau “Mettaya” (Miroku dalam bahasa Jepang; Mei-ta-li-ye
dalam bahasa China; Mahitreja dalam bahasa Tibet), yang sama artinya
dengan ‘Mercy unto-all (rahmatan lil ‘aalamiin)’, adalah
sebutan bagi Nabi Muhammad sebagaimana di dalam Al-Quran (QS. 21:107).
Sedangkan dalam literatur Persia, beliau disebut dengan “Soeshyant” (Rahmatan lil ‘Aalamiin) dan “Astvat-ereta” dalam Zend Avesta dan juga di dalam Dasatir, epistle of Sasan I, 55-61.
Dikabarkannya
Muhammad dalam literatur-literatur tersebut mengindikasikan bahwa
sumber seluruh agama yang dibawa oleh para Nabi di dunia adalah
sama—yakni Islam—dan Muhammad adalah Nabi Universal. Ia adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi alam semesta). Seluruh umat manusia harus mengakui baik kenabian maupun ajarannya.
Bertepatan dengan ulang tahun kelahirannya (maulid nabi) pada 12 Rabiul Awwal 1428 H (bertepatan dengan 20 Maret 2008), baiklah sejatinya umat Islam mengambil i’tibar
dari sejarah hidup Muhammad saw., yang sangat mulia. Para orang tua
muslim bertanggung jawab menanamkan kecintaan anak-anak mereka kepada
Rasulullah saw dengan menceritakan sirahnya. Para ulama
berkewajiban meneladaninya dalam hal menyampaikan Islam. Para pedagang
(pelaku bisnis) dapat mencontoh kejujurannya sebagai pangkal
keberhasilannya dalam bidang ekonomi dengan menerapkan sistem ekonomi
berdasarkan ajaran Tuhan (ekonomi Islam). Sedangkan para pemimpin,
negarawan berkepentingan mengikutinya dalam hal mewujudkan keadilan
sosial dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Apapun peran yang kita
sandang, maka Muhammad saw., adalah teladannya (masterpiece). Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar